Rabu, 03 April 2013

Tante dan Pembantuku

Cerbung
Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Bandung. Di sana
aku tinggal di rumah pamanku. Paman dan bibi dengan senang hati
menerimaku tinggal di rumah mereka, karena paman dan bibiku yang sudah 4
tahun menikah belum juga punya anak sampai saat itu, jadi kata mereka
biar suasana rumahnya tambah ramai dengan kehadiranku.



Pamanku ini adalah adik ibuku paling kecil, saat itu dia baru berumur 35
tahun. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga
ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha sukses
yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di rumah itu juga ada 3 orang
pembantu, 2 cewek dan seorang bapak tua berusia setengah umur, yang
bertugas sebagai tukang kebun.



Bibiku baru berumur 31 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya
yang termasuk kecil mungil akan tetapi padat berisi, sangat serasi
berbentuknya seperti gitar spanyol, badannya tidak terlalu tinggi kurang
lebih 155 cm. Dadanya yang kecil terlihat padat kencang dan agak
menantang. Pinggangnya sangat langsing dengan perutnya yang rata, akan
tetapi kedua bongkahan pantatnya sangat padat menantang. Wajahnya yang
sangat ayu itu, manis benar untuk dipandang. Kulitnya kuning langsat,
sangat mulus.



Kedua pembantu cewek tersebut, yang satu adalah janda berumur 27 tahun
bernama Trisni dan yang satu lagi lebih muda, baru berumur 18 tahun
bernama Erni. Si Erni ini, biarpun masih berumur begitu muda, tapi sudah
bersuami dan suaminya tinggal di kampung, bertani katanya.



Suatu hari ketika kuliahku sedang libur dan paman dan bibiku sedang
keluar kota, aku bangun agak kesiangan dan sambil masih tidur-tiduran di
tempat tidur aku mendengar lagu dari radio.

Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarku, lalu terdengar suara,
"Den Eric.., apa sudah bangun..?" terdengar suara Trisni.

"Yaa.. ada apa..?" jawabku.

"Ini Den. Saya bawakan kopi buat Aden..!" katanya lagi.

"Oh.. yaa. Bawa masuk saja..!" jawabku lagi.



Kemudian pintu dibuka, dan terlihat Trisni masuk sambil tangannya
membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas dan pisang
goreng. Ketika dia sedang meletakkan kopi dan pisang goreng di meja di
samping tempat tidurku, badannya agak merapat di pinggir tempat tidur
dan dalam posisi setengah membungkuk, terlihat dengan jelas bongkahan
pantatnya yang montok dengan pinggang yang cukup langsing ditutupi kain
yang dipakainya. Melihat pemandangan yang menarik itu dengan cepat rasa
isengku bangkit, apalagi ditunjang juga dengan keadaan rumah yang sepi,
maka dengan cepat tanganku bergerak ke obyek yang menarik itu dan segera
mengelusnya.



Trisni terkejut dan dengan segera menghindar sambil berkata, "Iihh..,
ternyata Den Eric jail juga yaa..!"

Melihat wajah Trisni yang masem-masem itu tanpa memperlihatkan ekspresi
marah, maka dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan segera
menangkap kedua tangannya.

"Aahh.. jangaann Deenn, nanti terlihat sama si Erni, kan malu atuu..!"

Tapi tanpa memperdulikan protesnya, dengan cepat kutarik badannya ke
arahku dan sambil mendekapnya dengan cepat bibirku menyergap bibirnya
yang karena terkejut menjadi agak terbuka, sehingga memudahkan lidahku
menerobos masuk ke dalam mulutnya.



Dengan segera kusedot bibirnya, dan lidahku kumain-mainkan dalam
mulutnya, memelintir lidahnya dan mengelus-elus bagian langit-langit
mulutnya. Dengan cepat terdengar suara dengusan keluar dari mulutnya dan
kedua matanya membelalak memandangku. Dadanya yang montok itu bergerak
naik turun dengan cepat, membuat nafsu birahiku semakin meningkat.
Tangan kiriku dengan cepat mulai bergerilya pada bagian dadanya yang
menonjol serta merangsang itu, mengelus-elus kedua bukit kembar itu
disertai ramasan-ramasan gemas, yang dengan segera membangkitkan nafsu
Trisni juga. Hal itu terlihat dari wajahnya yang semakin memerah dan
nafasnya yang semakin ngos-ngosan.



Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur dan dengan cepat aku segera
melepaskannya, Trisni juga segera membereskan rambut dan bajunya yang
agak acak-acakan akibat seranganku tadi.

Sambil menjauh dariku, dia berkata dengan pelan, "Tuhkan.., apa yang
Trisni katakan tadi, hampir saja kepergok, Adeen genit siih..!"

Sebelum dia keluar dari kamarku, kubisikan padanya, "Triis, ntar malam
kalau semua sudah pada tidur kita teruskan yah..?"

"Entar nanti ajalah..!" katanya dengan melempar seulas senyum manis
sambil keluar kamarku.



Malamnya sekitar jam 21.00, setelah semua tidur, Trisni datang ke ruang
tengah, dia hanya memakai pakaian tidur yang tipis, sehingga kelihatan
CD dan BH-nya.

"Eeh, apa semua sudah tidur..?" tanyaku.

"Sudah Den..!" jawabnya.

Untuk lebih membuat suasana makin panas, aku telah menyiapkan film BF
yang kebetulan dapat pinjam dari teman. Lalu aku mulai menyetel film itu
dan ternyata pemainnya antara seorang pria Negro dan wanita Asia.



Terlihat adegan demi adegan melintas pada layar TV, makin lama makin
'hot' saja, akhirnya sampai pada adegan dimana keduanya telah telanjang
bulat. Si pria Negro dengan tubuhnya tinggi besar, hitam mengkilat
apalagi penisnya yang telah tegang itu, benar-benar dasyat, panjang,
besar, hitam mengkilat kecoklat-coklatan, sedangkan ceweknya yang
kelihatan orang Jepang atau orang Cina, dengan badannya kecil mungil
tapi padat, kulitnya putih bersih benar-benar sangat kontras dengan pria
Negro tersebut.


Bersambung......


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo